Zamroni menegaskan bahwa asumsi perhitungan yang dipergunakan Kemenag RI, merujuk pada kurs dolar AS yang berlaku saat ini.
Apalagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
"Asumsi yang dipakai Gus Men dengan tim Kemenag RI, kan masih pakai asumsi masih dengan dolar yang pesimis lah. Dolar pesimis maksudnya (kurs) dollarnya tinggi itu di Rp 15.300, ya. Sementara tahun lalu dollar Rp 14.425 gitu. Jadi berbeda ya, karena biaya haji itu dollar, gitu kan, saya kira di situ," Papar Zamroni.
Kondisi itu berdampak pada turunnya paket layanan haji di Arab Saudi terkoreksi dengan naiknya biaya lainnya.
Baca Juga: Begini Cara Lengkap Daftar Haji Melalui Aplikasi Pusaka Milik Kemenag
Terlebih, layanan haji tidak mencakup biaya-biaya seperti transportasi hingga akomodasi.
"Nah jadi meskipun layanan masyair atau layanan paket haji itu turun tapi turunnya itu masih terkoreksi dengan harga yang lain, misalnya kenaikan-kenaikan berapa riyal untuk rencana penginapan, untuk akomodasi, untuk makan, itu tidak masuk paket layanan haji. Hotel di Madinah, di Mekkah, makan, itu tidak termasuk dalam layanan haji dimaksud. Jadi layanan haji itu spesifik, gitu ya konteksnya," jelas Zamroni.
Kemenag NTB perlu meluruskan polemik yang kini muncul, lantaran banyak terjadi informasi yang simpang siur di tengah-tengah masyarakat saat ini yang perlu menjadi perhatiannya.
"Para calon jemaah haji NTB, sebaiknya tenang dan jangan terlalu reaktif atas informasi yang sesat soal ongkos haji 2023. Ini karena naiknya Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2023, masih dalam pembahasan di Panja DPR RI," tandasnya.
Artikel Terkait
Selamat! Zamroni Aziz Resmi Dilantik Jadi Kanwil Kemenag NTB
Besok Siang, Puluhan Ribu Peserta dari Lintas Agama dan Suku akan Hadiri Jalan Kerukunan Kemenag NTB
Jalan Kerukunan dan Deklarasi Kerukunan Kemenag NTB Dihadiri 30 Ribu Peserta
Tegas! ASN Intoleran Kemenag NTB Terancam Dipecat